Minggu, 28 November 2010

masyarakat desa dengan kota

Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama bagi manusia . Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi .Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia, dapat berlangsung pula keseluruhan proses perkembangan kehidupan . Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu . Tetapi masyarakat juga dapat diartikan sebagai perwujudan warga masyarakat dengan semua sifat (watak) dalam suatu gejala dan manisfestasi tertentu atau keseluruhan, sosio-psikologisnya .
Berikut adalah fenomena masyarakat kota dengan desa yang hampir tejadi di sekitar kita saat ini .
A. Definisi Masyarakat
Dalam Bahasa Inggris masyarakat disebut Society, asal katanya Socius yang berarti “kawan”. Kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya “bergaul”. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk hubungan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan satu kesatuan.
 
Ciri-ciri masyarakat kota dengan desa :
1. Masyarakat pedesaan
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai berikut :
a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu.
 
2. masyarakat Perkotaan
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
a. Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
c. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
e. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
f. Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar

3. Perbedaan antara pedesaan dan perkotaan
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat  

Berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:

Masyarakat Pedesaan :
- Perilaku homogen
- Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
- Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status
- Isolasi sosial, sehingga statik
- Kesatuan dan keutuhan kultural
- Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
- Kolektivisme

sedangkan
Masyarakat perkotaan :
- Perilaku heterogen
- Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
- Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
- Mobilitas sosial, sehingga dinamik
- Kebauran dan diversifikasi kultural
- Birokrasi fungsional dan nilai-nilai sekular
-Individualisme

b. Hubungan masyarakat pedesaan dan perkotaan.
 Pada dasarnya masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanaman mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa dan kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Terlepas dari penjelasan yang ada tentang masyarakat perkotaan dan pedesaan telah terjadi kesenjangan sosial antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Contohnya adalah di daerah Yogyakarta. Semakin banyaknya penduduk yang berbeda penghasilan ini membuat kesenjangan sosial begitu memprihatinkan. Yang kaya menjadi tambah kaya dan yang berada dalam garis kemiskinan tetap makin terperosok dengan kemiskinan meski sudah berusaha memperoleh penghidupan yang layak. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 34 disana tertulis “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi dinegara kita. 

Semakin tahun bertambahnya usia kemerdekaan kita, nampaknya jumlah kemiskinan semakin meningkat dan bertambah dengan diiringi lapangan kerja yang tak dapat membendung tenaga kerja siap pakai yang ada di daerah Yogyakarta. Lapangan pekerjaan yang tersedia juga tidak dapat membantu masyarakat untuk memperoleh penghidupan yang layak. Adalah pendidikan yang menjadi masalah utama masyarakat Yogyakarta untuk mendapatkan pekerjaan yang baik tentunya dengan penghasilan yang baik pula. Kebanyakan masyarakat pedesaan di Yogyakarta adalah petani, sedangkan di perkotaan cenderung dengan bekerja sebagai pegawai. Tetapi, walaupun masyarakat pedesaan di Yogyakarta sebagian besar adalah petani dan tidak mempunyai penghasilan yang tetap mereka masih bisa memenuhi kebutuhan mereka dengan pas-pasan. Lain halnya dengan perkotaan, walaupun masyarakat perkotaan adalah pegawai, tetapi masyarakat perkotaan cenderung dengan pemecatan dan kerja dengan menggunakan alat seperti mesin. Memang hal ini merupakan kesenjangan sosial teramat jauh untuk masyarakat pedesaan dan perkotaan jika dilihat dari penghasilan, belum lagi dengan pendidikan. Data BPS pada tahun 2009 menunjukkan jumlah penduduk miskin di perkotaan dan pedesaan menunjukkan hal yang relatif berbeda. Ternyata masyarakat perkotaan di Yogyakarta memiliki jumlah masyarakat miskin yang lebih banyak dari pedesaan.
 
Sumber referensi: http://dibalue.blogspot.com/2010/10/fenomena-masyarakat-desa-dan-masyarakat.html & http://www.slideshare.net/robiyanto/makala-masyarakat-desa-dan-kota .

1 komentar:

  1. tidak hanya di jogjakarta saja sih, di Surabaya pun tidak jauh beda, .... sifat konsumtif masyarakat kota ditunjang dg keadaan kota yang dikelilingi mall membuat saya terbangun dari tidur. kalo anda menyatakan masy kota lebih banyak miskin cos mrk semua pada gila shopping, cek aja liburan di mal - mal tidak pernah sepi dari pengunjung sedang masy desa lebih arif dalam menggunakan uang mereka, karena q pernah tinggal hampir 10 tahun di desa, itu menunjukkan betapa arif mereka dan lingkungan yg tidak konsumtif krn masih jarang mall
    untuk lapangan pekerjaan pintar2 nya masyarakat aja dalam mencari kesempatan dan upaya untuk menciptakan lap pekerjaan kalo menunggu dr pemerintah dewa perut bisa teriak dan akan menghalalkan segala cara so masalah sosial makin komplek, para elit saling tuding, dan masy bingung mengatasi dewa perut yg berteriak memerintah seenaknya dan tak mengindahkan halal haram wah kesenjangan sosial ini makin ruwet ... satu kata selamat datang pada dunia yg ruwet, make it easy cos life is joke

    BalasHapus