Minggu, 28 November 2010

PENDEKATAN MELALU PAGUYUBAN DAN SISTEM BANJAR

-Negara Indonesia memiliki bermacam-macam agama dan budaya. Selain itu bangsa Indonesia juga memiliki begitu banyak kesenian tradisional serta perkumpulan-perkumpulan dari berbagai suku/kesamaan yang biasanya disebut paguyuban.

A. Pendekatan dalam sistem banjar
Dalam kelompok-kelompok yang mengikat orang bali berdasarkan atas prinsip keturunan. Ada pula bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan kesatuan wilayah, ialah desa.

B. Cara- cara pendekatan bidan dalam wilayah banjar Bali
Para bidan mempunyai berbagai cara untuk pendekatan di antaranya:

a. Penyuluhan kesehatan Masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
b. Membina dan memberikan bimbingan dan teknis kepada kader termaksud dukun, (peran bidan sebagai pendidik). Bersama kelompok dan masyarakat menanggulangi masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan kesehatan para ibu, anak, dan KB.

C. CIRI-CIRI PAGUYUBAN

Menurut Ferdinand tones ciri-ciri pokok dari paguyuban antara lain :
1 Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
2 Private : hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja
3 Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk "kita" saja dan tidak untuk orang lain diluar "kita"

Sedangkan secara umum ciri-ciri paguyuban yaitu :
1. Adanya hubungan perasaan kasih sayang
2. Adanya keinginan untuk meningkatkan kebersamaan
3. Tidak suka menojolkan diri
4. Selalu memegang teguh adat lama yang konservatif
5. Sifat gotong royong masih kuat
6. Hubungan kekeluargaan masih kental

D. TIPE PAGUYUBAN

Memiliki tiga tipe yang ada di masyarakat yaitu :
1. Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by blood)
2. Paguyuban karena tempat (Gemeinschaft by place)
3. Paguyuban karena jiwa pikiran (Gemeinschaft by mind)

sumber
www.google.com

Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan Kala I, II, III, dan IV

Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia. Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlapas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.

Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.

Di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karenan kasusnya sudah terlambat daat membawa akibat fatal yaitu kematian.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pada saat melahirkan. Kelancaran persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi. Sedangkan faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama persalinan.

PEDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PRAKTEK KEBIDANAN MELALUI AGAMA

Seperti telah kita ketahui bersama bahwa Negara kita bangsa Indonesia memiliki lima agama yang diakui yaitu Islam, Kristen Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Selain itu bangsa Indonesia juga memiliki begitu banyak kesenian tradisional serta perkumpulan-perkumpulan dari berbagai suku/kesamaan yang biasanya disebut paguyuban. Dalam memberikan praktek pelayanan kebidanan perlu kita lakukan pendekatan diantarannya pendekatan melalui agama, kesenian tradisi, paguyuban serta dengan cara-cara lainnya. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat menerima bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan petugas bukanlah sesuatu yang tabu. Dalam memberikan pelayanan kebidanan seorang bidan lebih bersifat Promotif dan Preventif bukan bersifat  Kuratif, serta mampu menggerakkan Peran Serta Masyarakat dalam upaya sesuai dengan prinsip-prinsip PHC. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya dalam menggerakkan PSM khususnya berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut.

A. PENDEKATAN MELALUI AGAMA
Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam menjalani hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat membantu umat manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi. Adapun aspek-aspek pendekatan melalui agama dalam memberikan pelayanan kebidanan dan kesehatan diantaranya :
1. Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya.
2. Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-cita dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaaat baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat serta bangsa.
3. Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam segala aktivitasnya
4. Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang bertentangan dengan ajarannya.

Berbagai aspek agama dalam memberikan pelayanan kesehatan terdiri dari upaya-upaya pelayanan kesehatan yang ditinjau dari segi agama, diantaranya :
a. Upaya pemeliharaan kesehatan
b. Upaya pencegahan penyakit
c. Upaya pengobatan penyakit
Sumber
1. George M. Foster dan Barbara Galatin Anderson. Antropologi Kesehatan. UI Press. Jakarta 1986
2. Depkes RI, MA 103, Ilmu Sosial Budaya Dasar. Untuk Prog Bidan Pusdiknakes. Jakarta 1996.
3. Nasrul Effendi. Drs. Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC. Jakarta 1998

FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PEMBANGUNAN KESEHATAN

Definisi

Rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun bidang dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.

KONDISI KESEHATAN PEREMPUAN INDONESIA

Kondisi dan status kesehatan perempuan Indonesia masih rendah hal ini terlihat dari beberapa indikator Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih tertinggi dibanding negara-negara lain di ASEAN. Permasalahan tersebut disebabkan oleh permasalahan seperti status kesehatan reproduksi, status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan, pendidikan, tingkat ekonomi keluarga yang rendah serta status dan kedudukan perempuan yang rendah dalam keluarga dan masyarakat.

Isu lain adalah rentannya perempuan terhadap Penyakit menular ( HIV/AIDS) terutama daerah padat penduduk, perbatasan dan daerah wisata karena kurangnya pengetahuan HIV/AIDS dan kurangnya akses pelayanan pencegahan dan Kekerasan Terhadap Perempuan. Masih banyaknya penyakit infeksi dan menular yang disebutkan diatas, menyebabkan beban ganda (double burden) yang ditanggung semakin berat, karena penyakit degenerative dan life style tergolong tinggi. Revrisond bawsir dkk (1999), dalam bukunya "pembangunan tanpa perasaa" menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan kita belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat alias tidak merata, dipengaruhi lagi subsidi sector kesehatan malah dinikmati kalangan "berpunya".

Ironisnya, masyarakat, media massa, politikus bahkan insan kesehatan masih memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan kuratif dirumah sakit dan puskesmas. Padahal, hak untuk menikmati hidup sehat jauh lebih luas daripada sekedar hak akan pelayanan Kuratif. salah satu jaminan dari Negara bahwa segala akses informasi tentang kesehatan dan ketersediannya harus terpenuhi bagi segala lapisan masyarakat.

Selama ini pemerintah masih memandang sektor kesehatan sebagai sektor konsumtif, kesehatan tidak dilihat sebagai investasi, tetapi hanya dilihat sebagai sector kesejahteraan yang dinilai menjadi beban biaya. Bukti nyatanya  adalah alokasi belanja kesehatan pemerintah yang sangat rendah, hanya sekitar 2-3% dari total belanja Negara. Namun ironisnya, pelayanan kesehatan malah menjadi sumber pendapatan pembangunan.

Disini membuktikan pemerintah menerapkan standar ganda dalam bidang kesehatan. Disatu sisi, belanja kesehatan dianggap beban dan tidak diprioritaskan. Disisi lain, pelayanan kesehatan dijadikan sumber pendapatan. Artinya pembangunan Negara ini disokong dari uang rakyat yang sakit. Sehingga masuk akal bila ada orang usil mengatakan "bila pemerintah ingin mendapat sumber pendapatan yang besar sebar sajar kuman atau virus kepada masyarakat, agar masyarakat menjadi sakit dan kemudian mereka berobat ke rumah sakit pemerintah".


LANGKAH LANGKAH YANG HARUS DITEMPUH

1. Pembangunan Berwawasan Kesehatan

A. internal
1.)memperbaiki kinerja pelayanan kesehatan
2.)mengelola masyarakat

B. Eksternal
1.)diluar system kesehatan
2.)Determinan kesehatan

(http://www.menegpp.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=262:rakornas-pembangunan-pp-dan-pa-tahun-2010&catid=36:press-release&Itemid=87)

Cara Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktik Kebidanan Pendekatan Melalui Kesenian Tradisional

Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.

Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya berdasarkan kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan, seperti memiliki berbagai pengetahuan yang luasa mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat.

Bidan adalah seorang wanita yang tlah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Lulus dengan persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dengan memperoleh izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.

Praktik Bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.

Ciri-ciri bidan yang memiliki jiwa seni :

1. Apresiasi Seni
2. Peranan Seni
3. Kesenian sebagai media penyuluhan kesehatan
4. Kesenian sebagai seni terapi

http://bidan-intan.blogspot.com/2009/12/aspek-sosial-budaya-dalam-praktek-kebidanan.html
http://assalamualaikum/?p=81

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP TRIMESTER KEHAMILAN

Pada awal kemahilan, banyak perubahan fisik yang akan anda alami selama trimester pertama (tiga bulan pertama kehamilan). Periode ini merupakan periode tumbuh kembang yang cepat pada bayi. karena manfaat memeriksa kehamilan sangat besar, maka dianjurkan kepada ibu hamil untuk memeriksakan secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat. Namun di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak.

Masa kehamilan dibagi kedama 3 trimester. Tiga fase ini antara lain :

Trimester I (minggu 1-12)

Trimester II (minggu 13-28)

Trimester III (minggu 29-kelahiran)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri dari 3 macam faktor antara lain :

1. Faktor fisik

Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.

2. Faktor psikologis

Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stress yang terjadi pada ibu hamil dalam kesehatan ibu dan janinnya dan akan berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan emosi pada janin yang telah lahir nanti.

tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi kehamilan akan tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal, maka ibul hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.

3. Faktor sosial budaya dan ekonomi

Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan ekonomi. Gaya hidup yang sehat dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena dapat berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Ibu hamil juga harus menjaga kebersihan dirinya.

Ekonomi juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan janin. Dengan adanya ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik, maka proses kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan baik.

http://miamisland.blogspot.com/2010/03/aspek-sosial-budaya-pd-setiap.html

http://www.dunia-ibu.org/artikel/ibu-hamil/trimester-kehamilan.html

http://majalahkesehatan.com/tiga-trimester-kehamilan/

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP PERKAWINAN

Aspek sosial budaya sangat berpengaruh pada pola kehidupan manusia. Dalam ere globalisasi berbagai perubahan yang ekstrempada masa ini menuntut semua manusia lebih memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak, yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.

Fakta-fakta kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi - konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab - akibat antara makanan kondisi sehat - sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan sering kali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan misalnya pasca dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.

Salah satu contoh aspek sosial budaya perkawinan di provinsi Aceh

Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral di dalam budaya masyarakat. Aceh sebab hal ini berhubungan dengan nilai - nilai keagamaan. Perkawinan pada masyarakat Aceh merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari beberapa tahap, mulai dari pemilihan jodoh (suami/istri), pertunangan dan hingga upacara peresmian perkawinan.

Suatu kebiasaan bagi masyarakat Aceh, sebelum pesta perkawinan dilangsungkan terlebih dahulu tiga hari tiga malam diadakan upacara meugaca atau boh gaca (berinai) bagi penganti laki - laki dan penganti perempuan di rumahnya masing - masing. Tampak kedua belah tangan dan kaki pengantin dihiasi dengan inai.

Pada puncak peresmian perkawinan, maka diadakan acara pernikahan. Setelah selesai acara nilah, linto baro di bimbing ke pelaminan persandingan, di mana dara baro telah terlebih dahulu duduk menunggu. Sementara itu dara baro bangkit dari pelaminan untuk menyembah suaminya.
Penyembahan suami ini disebut dengan seumah teuot linto. Setelah dara baro teuot linto, maka linto baro memberikan sejumlah uang kepada dara baro yang disebut dengan pengseumemah (uang sembah).

Selama acara persandingan ini, kedua mempelai dibimbing oleh seorang nek peungajo. Biasanya yang menjadi peungajo adalah seorang wanita tua. Kemudian kedua mempelai itu diberikan makan dalam sebuah pingan meututop (piring adat) yang indah dan besar bentuknya. Selanjutnya kedua mempelai tadi di peusunteng (disunting) oleh sanak keluarga kedua belah pihak yang kemudian diikuti oleh para jiran ( tetangga). Keluarga pihak linto baro menyuntingi (peusijuk/ menepung tawri) dara baro dan keluarga pihak dara baro menyuntingi pula linto baro. Tiap - tiap orang menyuntingi selain menepung tawari dan melekatkan pulut kuning di telinga temanten, juga member sejumlah uang yang disebut

teumentuk. Acara peusuntengini lazimnya didahului oleh ibu linto baro, yang kemudian disusu oleh orang lain secara bergantian.

Apabila acara peusunteng sudah selesai, maka rombongan linto baro minta ijin untuk pulang ke rumahnya. Linto baro turut pula dibawa pulang. Ada kalanya pula linto baro tidak dibawa pulang, ia tidur di rumah dara baro, tetapi pada pagi - pagi benar linto baro sudah meninggalkan rumah dara baro.
karena malu menurut adat, bila linto baro masih di rumah dara baro sampai siang.
sumber
www.google.com

Tujuan Pembangunan Msyarakat Dalam Kesehatan

Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui tercapainya masyarakat, bangsa dan negar indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dlam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuanuntuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh republik indoneia dan bangsa yang mandiri maju dan sejahtera. Sejlan dengan tujuan pembangunanyang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan maka pemerintahan telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu SDM diberbagai sektor serta masih menitik beratkan pada program2 pra-upaya kuratif dan rehabilitatif yang didukung oleh informasi kesehatan secara berkesinambung. sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup sehat dan memiiki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas ditahun 2010. ( Wijono.1999)
Tujuan pembangunan Kesehatan yang dilakukan oleh dinas kesehatan dan berupaya untuk mewujudkan kesehatan tersebut diantara tujuan tesebut diantaranya untuk menjangkau jarak panjang pembangunan kesehatan diarahkan unuk tujuan utama sbb:
peningkatan status gizi
pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas)
perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.

sumber : http://kadri.blogspot.com/2010/10/tujuan-pembangunan-kesehatan.html
http://tugaskuliah.info/2010/06/tujuan-pembangunan-kesehatan-indonesia html.

Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosialyang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdii dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan didalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian intergal kesehatan.
Kebiasaan masyarakat daerah pada masa-masa kehamilan :
Upacara Mengandung Empat Bulan
Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
Upacara Reuneuh Mundingeun

Masyarakat seiring berkembangnya dengan kebudayaan nya. Indonesia merupakan Negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan. Kebudayaan yang berkembang di masyarakat memberikan pengaruh kepada kebiasaan masyarakat dibidang sosial, agama maupun kesehatan. kebudayaan bukan hanya merupakan sebuah kebiasaan adat yang berkembang pada suatu komunitas yang berkembang pada suatu komunitas masyarakat.

sumber referensi
Waskitho. pengembang sistem Kesehatan masyarakat Indonesia berbasis partisipasi seluruh era globalisasi.
http://crackbone .wordpress.com/2010/01/27/pengembang-sistem-menghadapi-era-globalisasi.
http://zipoer.wordprss.com/2009/09/05/upacara-adat-sunda.

ASBD yang berhubungan dengan kesehatan ibu

Berdasarkan UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, kesehatan ibu daan anak adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan presekolah sehat.
Pada angka kematian ibu (AKI) menurut SUrvei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI) 1994 masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah pendarahan dan eklamsia.kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemerikaaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketiak persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (antenatal care) adalah enting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.

Adapun penyebab kematian ibu yaitu :
pendarahan
hipertensi
infeksi

alasan menurunya angka kematian ibu
transfusi darah
anti mikroba
pemeliharaan cairan elektrolit, keimbangan asam-basa pada komplikasi-komplikasi serius kehamilan dan persalinan.

sumber referensi :
Cental Bereau of Statistic et al1995 Indonesia DemograQhic and Healty Survey dll

ASBD yang berhubungan dengan kesehatan anak

aspek sosial budaya yang berhuungan dengan kesehatan anak. pada zaman sekarang ini perkembangan tekhnologi di Indonesia tentang dunia medis kian canggih. Meski demikian, secanggih apapun tekhnologi yang berkembang tidak menghilangkan sejumlah mitos yang pernah ada dan diyakini banyak orang . bahkan banyak orang duku yang lebih mempercayai pendahuluna ketimbang nasehat dari seorang dokter. sehingga kesehatan anak menjadi sesuatu hal yang sangat membuming pada saat-saat ini.

Adapun ciri mitos yang berkembang dmasyarakat :
Jika rambut anak anda basah maka anak anda akan masuk angin. faktanya, pakar kesehatan jims scars mengatakan bahwa dari riset yang beliau lakukan di Inggris, dimana setengah kelompok anak dibiarkan dalam ruangan yang hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. setelah beberapa jam, kelompok yang berada di dalam lorong tidak mengalami pilek atau flu. "kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan secara langsung" dan sedangkan

Ciri mitos tentang vitamin sangat diperlukan agar tak salah langkah yaitu :
Vitamin yang membuat anak cerdas. pada dasarnya vitamin memang bisa membuat anak menjadi cerdas, namun tetapi prosesnya tentu saja tidak langsung. Cerdas itu terjadi karena anak mengalami perkembangan. misalnya cepat bicara , berjalan , bermain dan lainnya.

sumber referensi : http://tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Mitos-Mitos-Tentang-Vitamin
http://www.google.com/ blog-eblog.blogspot.com/2010/09/12

masyarakat desa dengan kota

Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama bagi manusia . Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi .Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia, dapat berlangsung pula keseluruhan proses perkembangan kehidupan . Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu . Tetapi masyarakat juga dapat diartikan sebagai perwujudan warga masyarakat dengan semua sifat (watak) dalam suatu gejala dan manisfestasi tertentu atau keseluruhan, sosio-psikologisnya .
Berikut adalah fenomena masyarakat kota dengan desa yang hampir tejadi di sekitar kita saat ini .
A. Definisi Masyarakat
Dalam Bahasa Inggris masyarakat disebut Society, asal katanya Socius yang berarti “kawan”. Kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya “bergaul”. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk hubungan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan satu kesatuan.
 
Ciri-ciri masyarakat kota dengan desa :
1. Masyarakat pedesaan
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai berikut :
a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu.
 
2. masyarakat Perkotaan
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
a. Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
c. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
e. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
f. Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar

3. Perbedaan antara pedesaan dan perkotaan
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat  

Berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:

Masyarakat Pedesaan :
- Perilaku homogen
- Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
- Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status
- Isolasi sosial, sehingga statik
- Kesatuan dan keutuhan kultural
- Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
- Kolektivisme

sedangkan
Masyarakat perkotaan :
- Perilaku heterogen
- Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
- Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
- Mobilitas sosial, sehingga dinamik
- Kebauran dan diversifikasi kultural
- Birokrasi fungsional dan nilai-nilai sekular
-Individualisme

b. Hubungan masyarakat pedesaan dan perkotaan.
 Pada dasarnya masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat musim tanaman mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa dan kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Terlepas dari penjelasan yang ada tentang masyarakat perkotaan dan pedesaan telah terjadi kesenjangan sosial antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Contohnya adalah di daerah Yogyakarta. Semakin banyaknya penduduk yang berbeda penghasilan ini membuat kesenjangan sosial begitu memprihatinkan. Yang kaya menjadi tambah kaya dan yang berada dalam garis kemiskinan tetap makin terperosok dengan kemiskinan meski sudah berusaha memperoleh penghidupan yang layak. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 34 disana tertulis “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi dinegara kita. 

Semakin tahun bertambahnya usia kemerdekaan kita, nampaknya jumlah kemiskinan semakin meningkat dan bertambah dengan diiringi lapangan kerja yang tak dapat membendung tenaga kerja siap pakai yang ada di daerah Yogyakarta. Lapangan pekerjaan yang tersedia juga tidak dapat membantu masyarakat untuk memperoleh penghidupan yang layak. Adalah pendidikan yang menjadi masalah utama masyarakat Yogyakarta untuk mendapatkan pekerjaan yang baik tentunya dengan penghasilan yang baik pula. Kebanyakan masyarakat pedesaan di Yogyakarta adalah petani, sedangkan di perkotaan cenderung dengan bekerja sebagai pegawai. Tetapi, walaupun masyarakat pedesaan di Yogyakarta sebagian besar adalah petani dan tidak mempunyai penghasilan yang tetap mereka masih bisa memenuhi kebutuhan mereka dengan pas-pasan. Lain halnya dengan perkotaan, walaupun masyarakat perkotaan adalah pegawai, tetapi masyarakat perkotaan cenderung dengan pemecatan dan kerja dengan menggunakan alat seperti mesin. Memang hal ini merupakan kesenjangan sosial teramat jauh untuk masyarakat pedesaan dan perkotaan jika dilihat dari penghasilan, belum lagi dengan pendidikan. Data BPS pada tahun 2009 menunjukkan jumlah penduduk miskin di perkotaan dan pedesaan menunjukkan hal yang relatif berbeda. Ternyata masyarakat perkotaan di Yogyakarta memiliki jumlah masyarakat miskin yang lebih banyak dari pedesaan.
 
Sumber referensi: http://dibalue.blogspot.com/2010/10/fenomena-masyarakat-desa-dan-masyarakat.html & http://www.slideshare.net/robiyanto/makala-masyarakat-desa-dan-kota .