Minggu, 26 September 2010

tugas matakuliah "ISBD"

KONDISI AKULTURASI MASYARAKAT TERHADAP MODERNISASI

Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkatkan di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya merupakan bentuk perubahan sosial yang terah dan terencana. Perencanaan sosial ( sosial planning ) dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat atau negara yang sedang mengalami perkembangan. Suatu perencanaan sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan dapat berkembang dari taraf yang lebih maju atau modern. Di indonesia, bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai di berbagi aspek kehidupan masyarakatnya, baik dari segi pertanian, industi, perdagangan, maupun sosial budayanya.
pada contohnya yang kita jumapai saat ini yaitu televisi dikalangan anak-anak yg sekarang ini yang terkadang banyak di salah artikan pada anak-anak zaman sekarang. Setiap kali memperingati hari nasional anak yang jatuh pada tanggal 23 juli setiap tahunnya, kita patut perihatin melihat perkembangan anak-anak akhir-akhir ini. Selanjutnya, ini memaksa kita untuk merenungkan kembali nasib dan masa depan mereka. Anak-anak merupakan aset masa bangsa yang sangat berharga, jika aset ini tidak di jaga maka bisa dipastikan dikemudian hari bangsa ini mengalami krisis generasi yang mempuni, karena generasinya mengalami disorientasi dan kehilangan makna hidup.
Masa depan anak-anak indonesia sebagai aset berharga bangsa harus diselamatkan.
Langkah nyata dan strategis harus dilakukan untuk menyelamatkan masa depan anak-anakdari krisi orientasi dan makna kehidupan yang semakin melanda tidak bisa kita pungkiri bahwa anak-anak indonesia sekarang ini berada dalm kungkunagn pengaruh budaya kapitalistik yang instant, hedonis, dan glamour seiring berjalannya arus modernisasi.
Modernisasi yang diikuti dengan berkembang dan menjalarnya arus informasi yang cepat menyebabkan arus budaya ini juga semakin cepat ”menjamah” masyarakat hingga keseluruh pelosok negeri.  Hal ini telah memberi dampak negatif yang cukup signifikan bagi perkembangan kepribadian anak-anak. Televisi sebagai bagian penting dari perangkat tehnologi informasi sangat berperan penting, tidak ada lagi tempat tanpa televisi. Televisi telah menjadi bagian keseharian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan anak-anak. Data menunjukkan anak usia SD-SMP mengisi waktu hingga 30-35 jam seminggu untuk menonton televisi. Televisi telah menjadi kotak ajaib yang berisi beraneka warna, lokal maupun global tayangan yang sangat menarik untuk dilewatkan bagi anak-anak. Meskipun, kalau kita cermati tayangan televisi di seluruh stasiun yang ada, banyak didominasi oleh tayangan yang mempresentasikan gambaran kehidupan yang glamour, instans dan hedonism sebagaimana tertuang dalam sinetron dan infotainment.Strategi tayang dengan ending yang membuat penasaran penontonya dalam setiap episode menjadi strategi yang ampuh yang telah membuat penontonnya rela meluangkan waktunya untuk mengikuti. Padahal sinetron tersebut tayang pada jam-jam dimana anak-anak harus belajar. Tayangan –tayangan itu telah menyesaki kepala anak-anak, hingga menjadi cerita keseharian yang banyak dibicarakan.Selain itu, muatan televisi banyak menyuguhkan adegan yang berbau kekerasan, seksualitas dan mistis. Catatan Yayasan Pengembangan Media Anak sepanjang tahun 2006-2007 menyebutkan adegan kekerasan dan seksualitas dalam tayangan televisisangat dominan, mencapai hampir 50 % menyangkut kekerasan, seperti mengancam, melecehkan, membentak, memaki dan melotot. Proses pembentukan karakter dan kepribadian dalam diri anak-anak melalui apa yang mereka lihat dan dengar sangat efektif. Tayangan televisi dengan figur dan tokoh yang ditampilkan telah menjadi model yang dengan mudah ditiru oleh anak-anak. Pada kalangan remaja, keinginan untuk menjadi seperti figur idola terminifestasi dalam berbagai model perilaku, seperti cara bicara, cara berpakaian (fashion), dan bergaul. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana ucapan seorang model remaja yang kemudian menjadi trend dan ditiru oleh masyarakat di seluruh antero negeri yang bahkan hingga kini masih akrab kita dengar dari anak-anak (remaja), misalnya; capek deh….mana becek ga da ojek, serta ya iyalah masa iya dong dengan logat khas sang idola. Serta berbagai model fashion yang menjadi bagian gaya hidup dan cara bergaul mereka.

KONDISI AKULTURASI MASYARAKAT TERHADAP GLOBALISASI

 Istilah globalisasi bersal dari kata global atau globe ( globe = bola dunia; global = mendunia ). Berdasarkan akar katanya tersebut, dapat diartikan globalisasi sebagai suatu proses masuk ke lingkungan dunia. Pada era modern ini harus diakui bahwa peradaban manusia telah memasuki tahapan baru, yaitu dengan adanya revolusi komunikasi. Dengan cepat, teknik dan jasa telekomunikasi yng memanfaatkan spektrum frekuensi  radio dan satelit ini telah berkembang menjadi jaringan yang sangat luas dan menjadi vital dalam berbagai aspek kehidupan dan keselamatan bangsa- bangsa di dunia. Pemafaatan jasa satelit tidak semata-mata untuk usaha hiburan, namun berkembang secara meluas dan digunakan dalam teknologi petelevisian, komunikasi, komputer, analisi cuaca, hingga penggunaan untuk survei sumber daya alam.
Contoh yang paling mudah adanya pengaruh globalisasi yaitu jejaring sosial ( facebook ).
Jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain sebagainya. Jejaring sosial sebagai struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh profesor J.A. Barnes di tahun 1954. Akhir-akhir ini banyak dijumpai pemberitaan di media cetak dan elektronik yang memberitakan tentang penyalahgunaan situs jejaring sosial. Beberapa berita yang paling hangat adalah kasus seorang anak remaja laki-laki yang membawa kabur seorang anak remaja perempuan yang dikenal lewat situs jejaring sosial (facebook). Selain itu penyalahgunaan situs jejaring sosial (facebook) juga digunakan sebagai ajang prostitusi di kalangan remaja. Selain kedua hal tersebut, masih banyak lagi masalah-masalah yang ditimbulkan dari situs pertemanan sosial. Keadaan ini sungguh sangat ironis dengan tujuan utama situs jejaring sosial itu dibuat, yakni untuk memperluas hubungan sosial, untuk kebutuhan konsumen atau pemakai, menekankan pada sisi sosial atau eksternal, serta lebih diutamakan sisi emosionalnya ( dalam pengaruh jejaring sosial dalam masyarakat ).
Berdasarkan hasil riset Yahoo di Indonesia yang bekerja sama dengan Taylor Nelson Sofres pada tahun 2009, pengguna terbesar internet adalah usia 15-19 tahun, sebesar 64 persen. Riset itu dilakukan melalui survei terhadap 2.000 responden. Sebanyak 53 persen dari kalangan remaja itu mengakses internet melalui warung internet (warnet), sementara sebanyak 19 persen mengakses via telepon seluler. Sebagai gambaran, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada 2009 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta. Pertumbuhannya setiap tahun rata-rata 25 persen. Riset Nielsen juga mengungkapkan, pengguna Facebook pada 2009 di Indonesia meningkat 700 persen dibanding pada tahun 2008. Sementara pada periode tahun yang sama, pengguna Twitter tahun 2009 meningkat 3.700 persen. Sebagian besar pengguna berusia 15-39 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa memang benar adanya pengguna situs jejaring sosial adalah dari kalangan remaja usia sekolah. Menurut pengamat sosial media dan teknologi informasi Nukman Luthfie, selain harus waspada, orang tua juga harus mempelajari secara mendalam media sosial ini demi masa depan anak-anak. Berdasar penelusurannya, ditemukan fakta bahwa dari 17,6 juta pemilik akun jejaring sosial facebook berasal dari Indonesia, dan 360.000 orang di antaranya berumur 13 tahun.